Perkembangan teknologi yang cepat dan pesat menyebabkan banyak masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang tidak dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat, oleh karena itu perlu dicari alternatif yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut yaitu dengan ilmu. Hal ini sesuai dengan pandangan Islam tentang ilmu, ilmu laksana cahaya yang memberikan petunjuk atau jalan pada suatu perbuatan. Tanpa ilmu manusia tak akan mampu melaksanakan tugas yang diembannya.
            Ilmu juga dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh manusia, hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari apa yang disebut sebagai aktifitas pencarian ilmu itu, kenyataannya memang tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu selalu berkembang sampai sekarang. Dari tahapan yang paling mistis sampai pada suprarasional, pemikiran manusia terus berkembang. Salah satu penolong menyelesaikan permasalahan yang muncul di masyarakat yaitu dengan matematika. Pada artikel ini akan dibahas sedikit tentang matematika dan perananannya dalam kehidupan.
Apakah matematika merupakan ilmu pasti ?
            Di Indonesia setelah penjajahan Belanda dan Jepang, untuk matematika digunakan istilah “Ilmu Pasti”. Penggunaan kata “ilmu pasti“ menimbulkan kesan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran tentang perhitungan-perhitungan yang memberikan hasil yang pasti dan tunggal. Hal tersebut dapat menimbulkan suatu miskonsepsi yang pada waktunya harus dapat ditiadakan. Justru kemungkinan ketidak tunggalan hasil tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika yang menekankan kepada mengaktifkan siswa.
Renungkan ! Apakah suatu pengukuran misalnya pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran kecepatan dsb, menunjukkan hasil yang tepat? Jawabannya adalah tidak. Bilangan yang diperoleh sebagai hasil pegukuran itu adalah hanya suatu pendekatan. Ini berarti bahwa sangat mungkin diperoleh hasil pengukuran yang berbeda satu sama lain yang mungkin benar semua sesuai dengan keinginan kecermatan si pengukur.
Dibalik “simbol-simbol” matematika
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek kajian abstrak yang merupakan simbol-simbol yang hanya bisa dilambangkan tapi tidak bisa diwujudkan. Simbol-simbol itu terdapat pada alam, dengan simbol-simbol itu pula dicoba untuk mengungkapkan rahasia dan misteri dibalik simbol-simbol itu untuk menemukan dan mengghasilkan suatu hukum matematis yang terdapat pada alam. Kebenaran matematika bisa bersifat absolute. Semua ilmuawan bisa menerimanya secara logis dengan pembuktian deduktif. Para ilmuwan tidak pernah berbeda pandangan mengenai suatu teorema yang telah di hasilkan oleh seorang ilmuwan matematika. Mereka juga tidak akan mengkritisi dan mengkaji ulang hukum-hukum dan teorema yang sudah baku pada masa silam. Sebaliknya mereka selalu ingin mencoba untuk mempelajari dan  mengembangkan serta menerapkannya dalam aplikasi kehidupan yang lebih relevan. Matematika telah membuktikan secara empiris bahwa ia telah banyak berhasil mendorong dan membimbing anak didik, untuk bisa dan mampu mengembangkan akal mereka secara sistematis dan metodis sebagai daya pikir, daya olah dan daya nalar. Matematika secara sistematis, metodis, dan kritis telah mampu melatih anak didik untuk bisa menemukan, menganalisa, dan sekaligus memecahkan masalah yang di hadapinya baik dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Belajar matematika itu menyenangkan
            Mempelajari matematika berbeda jauh dengan mempelajari ilmu lainnya. Mempelajari matematika memerlukan pemahaman dan penalaran, tidak perlu harus banyak membaca buku, apalagi dari berbagai referensi. Mempelajarinya juga tidak membutuhkan hafalan, apalagi banyak pengetahuan dan wawasan. Cukup satu buku yang sistematis, teoritis, dan aplikatif akan banyak membantu anak didik untuk memahami ilmu pengetahuan matematika. Banyak jenis buku matematika bukan berarti banyak pandangan dan prespektif tentang satu teori yang kontradiktif, melainkan hanyalah masalah metode pembahasan dan aplikatif yang komplementif. Mempelajari matematika hanyalah dimengerti, dinalar, dan dipahami dengan pengujian pemahaman melalui latihan soal yang teoritis dan aplikatif variatif. Penguatan pemahaman dengan soal-soal aplikatif akan terus melekat dalam memori ingatan. Teori-teori materi matematika selalu memiliki hubungan dan keterkaiatan dengan teori-teori lainnya. Teori-teori matematika dasar akan terus digunakan dan dikaitkan dengan teori-teori selanjutnya sebagai teori dasar terjadinya maupun teori metode perhitungannya.
Matematika sebagai parameter kecerdesan
            Disekolah-sekolah, matematika merupakan pelajaran yang dijadikan tolak ukur atau parameter tingkat kecerdasan, penalaran dan kepandaian peserta didik sehingga pelajaran yang unik ini diberikan waktu yang cukup besar dibandingkan dengan yang lainnya. Tes Ujian Akhir Negara dari jurusan apapun selalu dan pasti ada matematika, tidak hanya dalam lembaga pendidikan, lembaga ketenaga kerjaan atau dunia kerjapun banyak menggunakan matematika sebagai tes masuk untuk mengetahui tingkat kecerdasan, keuletan, dan penanganan masalah sampai dibidang senipun para seniman melukis dengan perhitungan komposisi matematis. Rupanya matematika merupakan parameter yang tepat untuk mengetahui tingkat kecerdasan, daya pikir, daya nalar dan kemampuan menangani suatu masalah atau problem sekaligus mencari alternatif pemecahannya. Dari urgensi diatas maka dilembaga pendidikan telah digalangkan pembelajaran matematika secara metodologis, sistematis dan komparatif mulai dari tingkat anak-anak sampai tingkat tinggi baik formal maupun non formal, swasta maupun negeri dengan waktu yang relative melebihi pembelajaran ilmu-ilmu lainnnya.
Matematika dengan agama
            Hubungan matematika dengan Al-Quran sangat erat sekali. Sumber studi matematika sebagaimana sumber pengetahuan lainnya dalam Islam adalah konsep tauhid yaitu ke Esa_an Allah. Materi-materi matematika yang terkandung didalam Al-Quran oleh kaum muslimin dikaitkan dengan bilangan pokok dari keimanannya kepada satu Tauhid (tauhid). Tuhan adalah satu dan dari pedoman itu diperoleh bilangan angka satu dalam urutan bilangan angka-angka dan merupakan lambang yang paling sesuai dengan Yang Maha Sumber itu. Ilmu pengetahuan tentang bilangan merupakan akar tunggangnya ilmu pengetahuan, unsur kebijakan, asal usul ketuhanan dsb.
`           Beberapa syariat Islam yang berkaitan dengan syariat islam contohnya tentang sholat (jumlah rakaatnya, derajat pahalanya), puasa, zakat (cara menentukan awal dan akhir), zakat (pedoman yang telah ditetapkan pelaksanaannya melalui perhitungan matematis), Haji (rukun, syarat dan wajib haji berhubungan dengan waktu, bilangan dan geometri), warisan (pembagian, persen dsb). Dalam Al-Quran banyak terdapat unsur unsur  matematika misalnya: Himpunan, operasi bilangan, aritmetika sosial, logika, geometri, waktu dan kecepatan, sudut, fungsi kuadrat, grafik dsb. Dan masih banyak unsur-unsur matematika yang ada dalam Al-Quran yang belum terpaparkan dalam tulisan ini.
Matematika dengan kehidupan sosial
            Matematika telah melahirkan para ilmuwan sains dan teknologi baik mekanik maupun kimiawi. Pedagang asonganpun lahir dengan bekal matematika (ilmu hitung dasar) karena dengan kemampuan menghitung (meski terbatas), ia berani dan mampu berjualan untuk menghasilkan keuntungan, seorang filosofpun dengan logika matematikanya mampu menemukan nilai-nilai filsafat. Banyak aksioma, teori dan dalil-dalil matematika yang apabila dipelajari secara mendalam akan mengandung nilai falsafah kehidupan sehari-hari. Ambil saja contoh pembagian, banyak diantara kita merasa sedikit keberatan jika harus megurangi apalagi membagi-bagikan apa yang kita meliki kepada orang lain, sebaliknya kita selalu ingin untuk terus menambah dan bahkan melipat gandakannya hingga berlipat-lipat. Falsafah seperti itulah yang menjadikan kita sulit untuk menemukan sifat kedermawanan pada diri kita, sehingga sedikit sekali orang dermawan di antara kita, anggapan yang ada mengartikan bahwa beramal adalah mengurangi dan membagi-bagikan harta kepada orang lain sehingga akan kehilangan apa yang dimiliki. Namun pada hakekatnya adalah sebaliknya, beramal adalah menambah dan bahkan menjadikan harta kita berlipat-lipat.
            Uraian diatas merupakan salah satu pemikiran filsafat yang ditemukan dengan metode matematis atau falsafah matematis dalam kehidupan sosial. Banyak sekali kegiatan dan segala gerak-gerik kita mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, dari terbit fajar hingga terbenam dan terbit lagi, dalam segala aspek kehidupan selalu dan tak akan pernah lepas dari perhitungan matematis.
Matematika dengan Budaya
            Pada masyarakat Jawa maupun Madura ada yang disebut dengan petungan (hitungan). Petungan ini digunakan oleh masyarakat Jawa ketika akan mengadakan hajatan seperti pindah rumah, mengadakan pesta pernikahan dsb. Jika diperhatikan petungan ini merupakan aplikasi dari grup modulo (Struktur Aljabar) sebab pertimbangannya menggunakan modulo tertentu.
            Dalam petungan masyarakat Jawa menggunakan kalender Jawa yaitu kalender tahun Jawa saka. Tahun Jawa Saka memiliki persamaan dengan tahun Hijriyah yang menggunakan bulan Qomariyah sedangkan tahun Masehi menggunakan perhitungan matahari (Syamsiyah).
            Pada artikel selanjutnya akan dibahas tentang hitungan kelahiran, kita akan melihat watak seseorang dari tanggal lahir, perhitungan untuk acara selamatan orang meninggal 7 hari, 40 hari, dan 100 hari dan tidak kalah menariknya, perhitungan pernikahan (meramal tentang perjodohan, bagus gak kedepannya). Namun karena keterbatasan halaman dalam buletin ini saya tidak bisa menulisnya dalam edisi kali ini. Penasaran ???????????????? TUNGGU TULISAN SAYA PADA EDISI BULETIN BERIKUTNYA ..........................